Buku Fiksi
Marriageable
Another great novel about marriage! Flory, 32 tahun, arsitek, smart, and... single. Berkat status lajang itulah sang ibu akhirnya mengambil keputusan untuk menjodohkan Flory, khawatir ia akan menjadi perawan tua. Padahal, Flory sangat benci dijodohkan. Toh, ia merasa baik-baik saja dengan status lajangnya tersebut. Tapi kemauan sang ibu tampaknya sulit untuk ditolak. Lagipula, Vadin, pria yang menjadi calon suaminya juga nggak jelek-jelek amat. Demi menyenangkan sang ibu, Flory memutuskan untuk menerima perjodohan tersebut. Ia akhirnya mau menikah dengan Vadin.
Dengan satu syarat.
Dan hanya dirinya dan Vadin yang tahu, bahwa selama menikah, mereka tak akan pernah melakukan hubungan sex. Di luar dugaan, Vadin menyanggupi syarat tersebut. Agak aneh memang, tapi begitulah adanya. Flory dan Vadin bisa dibilang cocok satu sama lain. Pernikahan tanpa hubungan sex mereka berjalan lancar. Mereka saling bercanda, berdiskusi, berdebat, dan bersenang-senang. Mungkin bagi orang lain, mereka terlihat seperti pasangan suami-isteri yang bahagia, padahal sebenarnya hubungan mereka tak lebih dari sekadar hubungan dua orang sahabat yang kelewat akrab.
Namun suasana mulai berubah sejak Negara Api menyerang Nadya hadir dalam kehidupan pernikahan Flory dan Vadin. Siapa sih, Nadya? Ehem. Bukan siapa-siapa kok, cuma mantannya Vadin! Dengan fisik yang sempurna (wajah cantik dan dada tumpah), mau tidak mau Flory merasa insecure dan menganggap si 'boneka barbie' adalah saingan. Wow, tunggu dulu. Flory merasa... cemburu? Apakah itu berarti ia sebenarnya mencintai Vadin? Sayang sekali, ego Flory terlalu tinggi. Ia yang sejak awal tidak menyetujui perjodohan dirinya dengan Vadin sama sekali tak ingin mengakui bahwa ia memiliki perasaan yang ‘lebih’ terhadap suaminya tersebut. Tapi baginya, Nadya tetaplah penganggu. Ia khawatir Vadin berselingkuh dengan Nadya. Dan perselingkuhan, bagi Flory, tetap tak bisa dimaafkan dalam sebuah pernihkan, dengan atau tanpa cinta.
Benarkah Vadin selingkuh dengan Nadya? Apakah Flory benar-benar cinta terhadap Vadin? Bagaimana akhir kisah kehidupan pernikahan unik antara Flory dan Vadin? Baca selengkapnya dalam Marriageable karya Riri Sardjono.
Tampaknya tema perjodohan/pernikahan tak pernah basi untuk diangkat menjadi sebuah cerita novel, terutama kalau penulisnya mampu mengolahnya menjadi tulisan yang asyik untuk dinikmati oleh pembaca. Dan saya merasa beruntung karena sampai saat ini, hampir semua novel tentang perjodohan maupun pernikahan yang saya baca tak pernah mengecewakan, sebut saja Dimi is Married-nya Retni SB, Divortiare dan Twivortiare–nya Ika Natassa, Mahogany Hills-nya Tia Widiana, dll. Bahkan saat sedang menulis reviu ini, saya sedang membaca Marriage Roller Coaster yang super-fun karya Nurilla Iryani. #pentingbanget
Marriageable adalah salah satu novel tentang perjodohan/pernikahan yang wajib masuk dalam daftar-baca. Novel ini pertama kali terbit tahun 2006 dan sudah mengalami cetak ulang beberapa kali. Edisi yang saya baca ini adalah edisi repackage, dengan cover baru yang manis dan juga mewakili karakter utama buku ini: Flory (atau perempuan secara umum).
Kekuatan utama novel ini adalah dialog-dialognya yang lucu, cerdas, blak-blakan, dan kadang nyeleneh. Deskripsinya juga singkat dan tanpa basa-basi. Banyak adegan dan dialog dalam buku ini yang mampu memancing tawa saya, terutama dialog-dialog antara Flory dan teman-temannya. Ya, ada empat tokoh sahabat Flory di buku ini yang mencuri perhatian. Kika yang feminis, Dina yang sinis (Dina adalah ‘versi baik’ dari Nadya), Ara yang romantis, dan Gerry, yang meski satu-satunya cowok dalam geng tersebut, namun preferensi seksualnya ternyata tidak berbeda dengan para sahabatnya (LOL). Bila kelimanya sudah berkumpul, maka dijamin suasana akan menjadi meriah, berkat celutukan dan bercandaan yang cerdas dan penuh perdebatan. Wajar saja, karena mereka berlima memiliki kepribadian yang sangat berbeda satu sama lain. Persahabatan merekalah yang mengisi sebagian besar lembaran novel ini.
Jujur saja, sebenarnya saya ingin memberi lebih dari 3 bintang buat novel ini, namun setelah memikirkannya lagi, saya tetap mentok di 3 bintang. Bukan karena novelnya jelek. Seperti yang saya bilang sebelumnya kan, it is a great novel about marriage. Ceritanya seru, gaya menulisnya asyik, penuh humor, serta cerdas. Namun sayang, saya kurang bersimpati terhadap Flory. Hoho. Tenang, saya bukannya membenci Flory. Ia menarik, cerdas, dan memiliki pendirian teguh. Hanya saja, saya merasa Flory terkadang terlalu overthinking dan keras kepala. Masalah-masalah dalam novel ini juga sebagian besar lebih dikarenakan sifat Flory yang keras kepala. Padahal, kalau dipikir-pikir, hidupnya sangat beruntung. Satu, ia punya ibu yang sangat perhatian. Dua, Vadin, sang suami, adalah pria yang penuh pengertian. Tiga, Flory punya sahabat-sahabat yang baik dan selalu hadir saat ia membutuhkan mereka. Padahal, sahabat-sahabat Flory ini juga sebenarnya memiliki permasalahan yang tidak kalah pelik dibanding masalah yang dialami Flory (itu pun kalau bisa disebut masalah). Entahlah, mungkin karena otak saya kurang nyambung dengan pemikiran Flory. Or maybe I am just simply bego.
Dalam novel ini juga terdapat beberapa kata/kalimat yang sering banget diulang-ulang dan membuat saya jadi sedikit bosan. Dan, meski saya sendiri merokok, saya malah merasa terganggu dengan banyaknya adegan merokok dalam buku ini. Serius. Banyak banget adegan merokok di novel ini. Flory merokok. Vadin merokok. Teman-teman Flory merokok (ok, nggak semuanya sih). Dengan banyaknya adegan merokok di buku ini, saya sampai merasa kamar saya jadi penuh asap. (Eh itu mah asap rokok saya sendiri hahahahahaha #kemudiandisambit).
Bagian favorit dari buku ini... aduh banyak banget. Tapi ada satu adegan yang luar biasa epic saat menjelang ending, yaitu ketika Flory *sensor-sensor-sensor* kepada Vadin. Betapa malangnya saya karena membaca adegan tersebut di angkot. Soalnya... adegan itu sukses membuat saya ngakak sampai keluar air mata. Iya. Di angkot. T____T
Overall, this is a great novel! (Yaolo diulang sampe tiga kali. Piring cantik, mana piring cantik!) Kalau ingin mencari bacaan ringan dengan tema yang nggak ringan-ringan banget (hey, pernikahan itu bukan sesuatu yang ringan, kan?) novel ini adalah pilihan yang pas. Bila Riri Sardjono menerbitkan novel lagi, saya tak ragu untuk membelinya.
14537 | 813 SAR m c1 | UPT. PERPUSTAKAAN | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain